Profile
KESAN bahwa dalam sistem pendidikan pesantren harus selalu mengikuti pendapat guru, Gus dan Kiainya tanpa berfikir ulang tidak tampak pada pesantren Mamba’ul Huda. Bahkan kebebasan berfikir dan berwawasan luas menjadi hal yang saat ini sedang diperjuangkan oleh pesantren.
Berbagai wadah diskusi, “geng nongkrong” ala santri, bahtsul masa’il dan terbitnya majalah-majalah serta buletin-buletin mingguan dan bulanan hanyalah sebagian kecil dari wujud kebebasan berfikir dan berpendapat ini yang berkembang di pesantren ini.
Di Mamabaul Huda ini, para santri laki-laki dan perempuan dapat mengenyam pendidikan yang setara. Santri perempuan memiliki akses pendidikan dan pengetahuan yang sama dengan santri laki-laki. Segala pengetahuan, ilmu, hingga ketrampilan yang diajarkan kepada santri laki-laki pun juga diajarkan kepada para santri putri.
Terlebih lagi perkenalan pesantren ini dengan Rahima pada 2013 dalam training kesetaraan gender dan kesehatan reproduksi. Hal tersebut seperti mendorong tumbuhnya kesadaran tentang pentingnya kesetaraan dan keadilan gender, khususnya dalam bidang pendidikan.
Di tahun 2014 ini, Mambaul Huda juga terlibat dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Rahima tentang pelatihan penguatan kapasitas pendidik sebaya. Pelatihan ini pada akhirnya membuka mata dan telinga tentang betapa pentingnya pendidikan yang tidak hanya berpusat pada ruang dan waktu.
Karena pendidikan dan pembelajaran itu sesungguhnya bisa dilakukan oleh siapapun bahkan teman sebaya. Pendidikan organisasi dan kepengurusan misalnya telah melatih siswa dan santri untuk dapat berkomunikasi dengan sosialnya.
Lebih jauh, santri Mamba’ul Huda bisa secara bebas menyampaikan suatu masalah untuk kemudian dipecahkan secara bersama-sama oleh teman sebayanya. Salah satu media yang saat ini menampung pendapat, tulisan dan permasalahan santri adalah adanya forum “geng nongkrong” yang membahas permasalahan remaja beserta solusinya.
Hasil diskusi dari forum itu disosialisasikan oleh para santri. Selain itu mereka juga menerbitkannya dalam bentuk buletin Edukasi dan Motivasi (EMO) dan Krasak Post. Berdiri Tahun 1944 Pesantren Mambul didirikan oleh KH Abdul Majid pada 17 Agustus 1944 di Desa Krasak, Tegalsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Lahir di Yogyakarta, pemuda Abdul Majid, yang sewaktu kecil bernama Slamet, memuarakan pengembaraan panjangnya dari Yogyakarta ke Krasak.
Krasak merupakan sebuah dusun sepi penuh bambu yang jauh dari perkembangan peradaban di Banyuwangi. Daerah itu kini acapkali disebut Kota Santri-nya Banyuwangi lantaran banyak jumlah pesantren yang ada di wilayah ini.
Di dusun kecil inilah akhirnya KH Abdul Majid, biasa disapa Mbah Dul, menetap dan menyebarkan ilmu kepada masyarakat luas. Maka berdirilah Pesantren Mambaul Huda yang menyebarkan hikmah ke berbagai wilayah. Di pesantren ini pula, masyarakat berduyun-duyun datang sebagai santri, berkumpul dan ngangsu kawruh agama, mencari hikmah Tuhan untuk menuju hidup yang memiliki arti dan nilai lebih.
Kepada para santrinya, Mbah Dul senantiasa mengajarkan sembilan prinsip hidup dengan “Sembilan Kata Mutiara Hikmah.” Prinsip-prinsip hidup tersebut yaitu: patheng (rajin), temen (jujur) gemi (hemat), setiti (waspada), ngati-ngati (berhati-hati), guyub (kompak), rukun, loman (dermawan), welas sak podho-podho (menyayangi sesama). Mulai PAUD hingga MA Unggulan Di awal masa berdirinya, Mamba’ul Huda kecil layaknya pesantren tradisional umumnya yang juga mengalami pasang-surut hingga pada tahun 1970 Mamba’ul Huda bisa berdiri tegak. Dengan dibantu oleh generasi kedua pasca pendiri, pesantren ini kini menjadi tumbuh dan berkembang.
Para generasi penerus Mbah Dul lantas membentuk unit-unit kegiatan yang relevan dengan kebutuhan santri dan pesantren. Itu antara lain, Madrasah Diniyah Miftahul Huda yang menjadi unit formal pertama yang dibangun tahun 1954. Menyusul kemudian MI, TK, MTs Mamba`ul Huda (1989), SMK Negeri (2005), PAUD Madrasah Aliyah (MA) Unggulan Mamba`ul Huda (2009) serta lembaga-lembaga lainnya.
Karena unit-unit terus bertambah dan berkembang, maka dibentuklah Yayasan Pondok Pesantren Mamba`ul Huda (YPPMH) pada 14 Rajab 1408 H (29 Maret 1988). Dengan berdirinya yayasan, maka unit-unit yang ada di lingkungan PPMH menjadi unit-unit yayasan. Pemangku-pemangku ini tak lain adalah putra-putri Mbah Dul sendiri. Pada masing-masing unit semua santri diajarkan mengaji dan mengkaji Alqur’an, kitab kuning dan ketrampilan usaha.
Selain lembaga formal di bawah naungan kementerian agama dan kementrian nasional di atas, Mamba’ul Huda juga menyediakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yakni Kejar Paket A, Kejar Paket B dan Kejar Paket C. Merupakan pusat pendidikan yang disediakan untuk masyarakat yang tidak menyelesaikan sekolah formalnya.
Selain lembaga pendidikan, pesantren ini juga dilengkapi dengan Mamba’ul Huda Health Care Center (HCC) yang menyediakan Pos Kesehatan Pesantren sebagai layanan kesehatan santri, Kopontren Kusma (Koperasi Usaha Mamba’ul Huda) dan berbagai kursus keterampilan. Pertahankan Ciri Khas Pesantren Kendati ada pendidikan formal dan berkembang pesat, pesantren Mamba`ul Huda tetap mempertahankan ciri khas sebagai lembaga pesantren yakni dengan mengajarkan kitab-kitab kuning, baik itu dengan metode soroganmaupun bandongan.
Dengan banyaknya lembaga pendidikan formal yang diamanatkan kepada Mamba’ul Huda ini, pesantren tetap mewajibkan santri untuk mengikuti pendidikan Diniyah sebagai supply keagamaannya. Dimana madrasah yang mempunyai tiga tingkat; Ula, Wustha dan ‘Ulya ini, santri diajarkan ilmu alat meliputi Nahwu, Sharaf, dan Bahasa Arab, ilmu praktek seperti Fikih, Ushul Fikih, Tafsir, dan Hadis, serta ilmu dasar keagamaan seperti Akidah Akhlak, Ilmu Kalam dan lain sebagainya.
Jumlah santrinya saat ini mencapai sebanyak 1000 lebih santri yang belajar di pesantren ini. Para santri itu meliputi santri tetap dan santri kalong. Bahkan jaringan alumninya mencapai 6000 orang. Melihat pertumbuhan dan perkembangan pesantren ini sekarang membuat perannya di tengah masyarakat tidak bisa diabaikan begitu saja. Pesantren ini jelas punya peran penting dalam memajukan pendidikan, agama, manusia dan masyarakat di wilayah sekitarnya {} Anjahana, alumni dan saat ini saat ini mengabdi di PP Mamba’ul Huda.
Pengasuh : KH. Imam Faqih SH.
Pendiri : KH. Ahmad Zainuri
Jenjang Pendidikan
Jumlah Santri Putra : 1155
Jumlah Santri Putri : 1100
Pendidikan Formal :
1. TK Darul Athfal
2. MI Darussalam
3. MTS Darussalam
4. STISFA
Atas dasar pemikiran cemerlang KH. Ahmad Zainuri
Faqih, pengasuh Pondok Pesantren “Darussalam” Sumbersari Kencong Kepung Kediri
Jawa Timur, agar pengurus Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren “Darussalam”
Madrasah Islamiyah “Darussalamah” mengundang semua keluarga alumni, untuk
memberikan pendapat, saran, kritik yang membangun, dan evaluasi perkembangan
pendidikan yang ada di lingkungan yayasan “Salimiyah” Sumbersari.
Berangkat dari hal tersebut diatas, pada saat
peringatan Haul ke 19 pendiri Pondok Pesantren “Darussalam” KH. Imam Faqih
Asy’ari, pada tanggal 27 Nopember 2011 M diadakan pertemuan Alumni seluruh
Indonesia yang dihadiri dari berbagai daerah, diantaranya dari kabupaten Kediri
secara khusus, provinsi Jawa Timur secara umum, provinsi Jawa Tengah, Jawa
Barat, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, ada juga yang hadlir dari luar jawa, seperti
dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTB, NTT, dan masih banyak lainnya.
Dalam pertemuan keluarga Alumni tersebut, dapat
disimpulkan, ada 3 hal penting yang mesti ditindak lanjuti oleh pengurus
yayasan “Salimiyah” dan Pengasuh Pondok Pesantren “Darussalam” Sumbersari,
yaitu :
1.
Dalam rangka
untuk mempertahankan, bahkan untuk meningkatkan eksistensi pondok pesantren
“Darusslam” Sumbersari, maka diperlukan penjalinan komunikasi yang sehat
terhadap masyarakat luas, tentu dengan memperhatikan visi dan misi yayasan
“Salimiyah”.
2.
Sebesar
Pondok Pesantren “Darussalam” Sumbersari, seharusnya sudah mampu mandiri di
bidang ekonomi lembaga. Dalam hal ini, telah dirumuskan adanya ekonomi lembaga
dengan didirikannya “DARUSSALAM FOUNDATION”, yang bergerak di bidang pertanian
holtikultura, perikanan dan peternakan, serta perbankkan Syari’ah.
Adanya Ma’had Aly “Darussalam” yang selama ini
payung hukumnya masih bergabung dengan perguruan tinggi lain, sudah saatnya
Pondok Pesantren “Darussalam” Sumbersari mendirikan perguruan tinggi sendiri.
Pendidikan Nonformal :
1. Metode
Sorogan
Yaitu
kegiatan pembelajaran bagi santri yang lebih menitik beratkan pada pengembangan
kemampuan perseorangan (individu) dibawah bimbingan seorang ustadz atau kyai.
2. Metode
Bandongan / Wetonan
Yaitu
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap
sekelompok peserta didik atau santri untuk mendengarkan dan menyimak apa yang
dibaca, diterjemahkan, diterangkan dan diulas dari teks-teks kitab berbahasa
Arab tanpa harakat( kitab gundul, kitab salaf ,kitab klasik, kitab kuning /
al-kutub al-shafra’).
3. Metode
Musyawarah/ Bahtsul Masa’il
Yaitu
metode pembelajaran yang mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa
santri dengan jumlah tertentu membentuk halaqah yang dipimpin oleh seorang kyai
atau ustadz atau mungkin juga santri senior, untuk membahas atau mengkaji suatu
persoalan yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Metode
Takrar / Study Club
Yaitu
metode pembelajaran para sekelompok santri satu kelas/tingkatan melalui
pengulangan pelajaran yang telah disampaikan oleh kyai/ustadz.
5. Metode
Pengajian Pasaran / Kilatan
Yaitu
kegiatan belajar para santri melalui pengkajian materi (kitab) tertentu pada
seorang ustadz yang dilakukan terus menerus (maraton) selama tenggang waktu
tertentu. Tetapi umumnya pada bulan Ramadlan selama setengah bulan, dua puluh
hari atau satu bulan penuh tergantung pada besarnya kitab yang dikaji. Metode
ini mirip dengan metode bandongan. Akan tetapi pada metode ini target utamanya
adalah selesei/khatam.
6. Metode
Hafalan / Muhafadzah
Metode
hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu
dibawah bimbingan dan pengawasan seorang ustadz/kyai. Para santri diberi tugas
untuk menghafal bacaan-bacan/nadlom dalam jangka waktu tertentu, kemudian
dihafalkan dihadapan ustadz/kyai secara periodik atau insidental tergantung
petunjuk gurunya tersebut.
7. Metode
Demonstrasi / Praktek Ibadah
Ialah
Cara pembelajaran yang dilakukan dengan memperagakan (mendemonstrasikan) suatu
ketrampilan pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara perorangan maupun
kelompok dibawah petunjuk dan bimbingan ustadz.
8. Metode
Rihlah Ilmiyah / Studi Tour
Yaitu
kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan melalui kegiatan kunjungan
(perjalanan) menuju tempat tertentu dengan tujuan mencari ilmu.
9. Metode
Muhawarah / Muhadatsah / Percakapan
Metode
ini merupakan latian bercakap-cakap dengan bahasa Arab atau bahasa asing lain
yang diwajibkan oleh pondok pesantren kepada para santri.
10. Metode
Mudzakarah / Diskusi
Yaitu
pertemuan ilmiyah yang membahas masalah diniyah, seperti ibadah,aqidah dan
masalah agama pada umumnya.Metode ini mirip dengan metode musyawarah, bedanya
metode mudzakarah pesertanya adalah para kyai atau santri tingkat tinggi.
11. Metode
Riyadhah / latihan Mental
Metode
Riyadhah merupakan suatu metode pembelajaran di pesantren yang menekankan pada
olah batin untuk mencapai kesucian para santri dengan berbagai macam cara
berdasarkan petuntuk dan bimbingan kyai. Metode ini dimaksudkan untuk
pembentukan dan pembiasaan sikap serta mental santri agar dekat kepada Tuhan.
12. Metode
Safari Da’wah
Yaitu
kegiatan pembelajaran pada santri senior dengan cara mengadakan kunjungan ke
daerah-daerah yang kurang agamis dalam jangka waktu tertentu untuk
menyampaikan, mempraktekan dan menumbuhkembangkan prilaku agamis.
Ekstrakurikuler
1. KOORDA, 2. JAM'IYAH, 3. ISDA 4. MTQ 5. Hadrah
Fasilitas
Fasilitas :
1. Ruang Belajar
Ruang belajar
klasikal terdiri dari 35 lokal kelas :
a.
Dua
gedung lantai II : terdiri dari 20 lokal
b.
Tiga
gedung lanta I : terdiri dari 15 lokal
2. Asrama Santri
Bangunan asrama
santri putra sebanyak 22 gedung.
a.
Asrama
Diponegoro
b. Asrama Lamongan
c. Asrama Banyuwangi
d. Asrama Sumberpancur
e. Asrama Sidomulyo
f. Asrama Surabaya – Sidoarjo
g. Asrama Purwokerto
h. Asrama Nganjuk
i.
Asrama
Kedu
j.
Asrama
Madura
k. Asrama Madiun
l.
Asrama
Blitar
m. Asrama Jogjakarta
n. Asrama Tulung Agung
o. Asrama Sumatra
p. Asrama Kediri
q. Asrama Gresik
r.
Asrama
Bangil
s. Asrama Malang
t.
Asrama
Al Mudhofar
u. Asrama Al Munawar
v.
Asrama
A’wan
3. Bangunan asrama santri Putri berjumlah 3 gedung
a.
Asrama
Al Abror
b. Asrama Al Muqoddas
c.
Asrama
Al Azhar
4. Masjid dan Mushola
a.
Masjid : 1 Unit
b.
Musholla : 5 Unit
Selain digunakan
sebagai tempat ibadah, juga sebagai tempat kegiatan belajar-mengajar (tempat
pengajian kitab-kitab salaf).
6. Fasilitas Lainnya
a.
Perpustakaan
putra dan putri
b. Pos Kesehatan Pesantren dan Ambulance
c. Laboratorium bahasa arab
d. Laboratorium keterampilan (menjahit dan
bordir)
e. Dua gedung koperasi pondok
f. Satu gudang perlengkapan
g. Lima kamar mandi khusus guru putra dan
lima kamar mandi guru putri
h. Sepuluh kamar mandi khusus santri putra
dan Duabelas kamar mandi putri
i.
Lima
kantin putra dan lima kantin putri
j.
Tujuh
dapur santri
Satu buah bengkel untuk
praktek